Sunday, March 16, 2014

Curhat: Elektronika

   
Saya ingin bertemu sahabat saya kembali, kami bertetangga satu RW. Saya bersahabat dekat dengannya saat masuk masa SMP. Kerinduan saya ini tak lepas dari apa yang telah saya jalani selama 5 tahun terakhir ini.

Elektronika, itulah ilmu yang saya dapat dari sahabat saya. Sebenarnya keingintahuan saya terhadap elektronika sudah ada sedari saya masih bersekolah di SD, saat itu sekitar tahun 1994-1995an. Bermula dari mainan tamiya, dari situ saya mengenal adanya medan elektro magnetika (EMF). Bahkan saya dulu berpikir jika lilitan tembaga yang disusun sedemikian rupa dapat memperkuat sinyal televisi di rumah kakek saya. Karena waktu itu jenis kabel yang dipakai untuk antenna adalah tipe balance, maka apa yang saya pikirkan tentu saja tidak akan bisa diaplikasikan saat itu.

Masih saat saya di usia SD, saat itu juga saya belajar mengenal apa yang disebut konduktor. Apa yang saya temukan saat itu merupakan hal yang tidak disengaja. Saat itu saya mencoba menghidupkan mainan tamiya dengan satu baterai. Jika dudukan baterai ada dua, sedangkan baterai yang saya punya hanya ada satu, bagaimana saya bisa menghidupkan mainan saya? Saya coba mengikatkan kawat berselubung pada terminal baterai kosong, menghubungkan posisi terminal kutub (+) dan terminal kutub (-). Ternyata mainan saya bisa hidup, walaupun input power hanya 1.5 volt saja. Namun dengan input sebesar itu tentu saja tidak bisa dipakai untuk perlombaan. Setidaknya suatu kebanggaan buat saya di usia itu.


Pernah suatu ketika saya dan teman-teman sekelas mendapat tugas kelompok dari guru SD untuk merangkai perangkat elektronika sederhana. Bahan yang dipakai saat itu adalah kayu, baterai, kabel dan lampu. Saya pikir jika hanya menghubungkan baterai, kabel, dan lampu apa susahnya? Yang menjadi tantangan saya adalah bagaimana menyajikan rangkaian tersebut menjadi sesuatu yang menarik. Saya berkreasi dengan membentuk rangkaian menjadi bentuk lokomotif 2 dimensi. Dimana baterai saya susun seperti roda kereta api, kabel saya bentuk menyerupai rangka lokomotif, dan lampu saya letakkan di tempat cerobong kereta api mengeluarkan asap. Maka jadilah bentuk kereta api 2 dimensi. Saking bangganya saya sampai membawa hasil karya saya ke rumah teman sekelompok saya jalan kaki yang jaraknya berkisar 1/2 km. Sesampai rumahnya kebetulan teman saya itu mengikuti sekolah TPA sore. Tidak jadi deh pamernya.. hiks..

Besoknya saat presentasi di kelas saya jalaskan apa yang saya buat, mengapa saya membentuknya seperti kereta api, dan sebagainya. Bisa ditebak, kelompok saya mendapat nilai sempurna! Sekarang saya baru menyadari apa yang saya lakukan waktu itu masih saya lakukan saat ini. Kesempurnaan, itu yang selalu saya jaga.

Saat memasuki usai SMP saya mengenal lebih banyak teman di luar sekolah. Banyak hal pula yang saya dapat. Pernah suatu ketika saya dibuat penasaran dengan kotak pensil yang saya punya. Jika kotak pensil saya buka, akan mengeluarkan bunyi. Jika saya tutup, bunyinya menghilang padahal tidak ada tombol atau saklar di sekitarnya. Akhirnya saya bongkar, ternyata ada komponen elektronik dengan sensor cahaya di dalamnya. Unik juga (menurut saya waktu itu)! Saya copot rangkaiannya, saya tempatkan sensor cahaya di dekat lampu kamar. Saat malam biasanya lampu kamar saya matikan, jika waktu sudah pagi ibu saya selalu menghidupkan lampunya. Tentunya jika saat bangun terdengar musik, apalagi sumber musiknya dari modifikasi yang saya buat, makin semangat bagi saya untuk bangun pagi.

Aplikasi sensor saya terapkan saat kost di Bandung sewaktu sekolah SMU. Saya pernah kehilangan rice cooker di tempat kost saya. Kunci pintu depan tidak rusak, bahkan saat saya kembali dari sekolah, pintu depan dalam keadaan terkunci. Saya curiga penghuni kost yang lama masih menyimpan kunci duplikat sehingga bisa leluasa masuk. Saya terpikir untuk ganti kunci, namun saya masih penasaran dengan orang yang berani mencuri tersebut. Akhirnya saya buat perangkat alarm dengan sensor switch di pintu depan, pintu samping juga pintu kamar. Artinya jika si maling masuk dari depan atau samping maka alarm akan bunyi sangat keras. Jika sensor pertama dilumpuhkan, maka sensor di pintu kamar yang jadi pertahanan terakhir, ini menjaga saya jika saya beristirahat saat malam. Ternyata sensor saya berguna. Saat saya lagi di sekolah kata tetangga ada bunyi keras di tempat kost saya, si maling akhirnya mengurungkan niatnya mencuri. Sejak saat itu sampai saya lulus SMU saya tidak lagi diganggu si maling.


Kembali ke masa SMP dimana saya mulai mengenal rangkaian elektronika. Melalui sahabat saya, saya belajar merangkai perangkat elektronik sederhana yang mana PCB yang sudah dicetak pabrikan saya beli di toko beserta komponennya. Waktu itu sekolah saya belum ada pelajaran extra tentang elektronika. Beberapa perangkat sudah saya rangkai, dari radio, amplifier, walky talky, radio genggam dengan media kawat, alarm bell, DC adaptor. Pokoknya waktu itu terasa menyenangkan. Saya hanya belajar prinsip-prinsip dasar, untuk tingkat lanjutnya tidak saya tekuni. Karena sudah terbiasa dengan rakit-merakit, saya diminta pembina pramuka mengajari anggota junior merakit sebuah radio. Bagi saya yang terbiasa rasanya mudah, namun bagi yang tidak terbiasa sepertinya sulit sekali, saat dinyalakan radionya berbunyi kresekkkkkk.. heuheu..

Ada hal menarik yang saya lakukan waktu itu dan saya lakukan juga di dalam pekerjaan saya. Saat itu saya ikut serta dalam produksi, perancangan jaringan, maintenance, add new point, expand, upgrade perangkat, menjadi operator, bahkan sempat berencana membangun mini BSC di kamar salah satu sahabat saya almarhum. Namun karena sistemnya masih manual, niat saya saya urungkan. Pemeliharaan jaringan sering saya jalani bersama sahabat saya, di situ saya belajar memakai isolator, di situ juga saya mengenal cara menyadap komunikasi orang. Saat maintenance biasanya dilakukan sehabis hujan lebat, menelusuri jaringan point to point, malakukan troubleshoot di tempat-tempat rawan putus jaringan, terkadang melakukan reroute. Menyenangkan rasanya, karena bisa bertemu anggota lain dan bekerja sama menyelesaikan masalah. Itu pula yang saya lakukan dalam pekerjaan saya, melakukan crossconnect dan troubleshoot point to point, expand, reroute, terkadang saat itu saya harus menyederhanakan kabel yang bergulung ruwet seperti saya harus menyerderhanakan kabel E1 saat jamannya swap E1 atau saat mereduksi E1 untuk alokasi VLAN..

Terkadang kejahilan saya muncul. Ketika ada penambahan kapasitas jaringan, di mana jalur komunikasi dibuat ganda rasanya seru menguping pembicaraan saat jam sibuk. Saat seru-serunya mereka berbicara, saya switch jalur 1 ke jalur 2. Tentu saja apa yang mereka bicarakan tidak akan nyambung. Lama-lama ketahuan juga jalurnya di switch, karena anggota A heran kenapa anggota B bisa nyelonong ke jalur 1? Udah ribut-ribut nyari penyebabnya, saya switch lagi seperti semula. Hehe.. sedikit jahil tidak apa-apa.

Selama 12 tahun masa itu vakum dan kembali saya alami di awal 2009 di tempat saya bekerja. Menelusuri point to point dengan cakupan lebih luas. Namun rasanya masih seperti dulu saat masih menelusuri pematang sawah dan sungai menuju end point. Saya masih berharap bisa berbagi tentang apa yang saya temui saat ini. Semoga masih diberikan panjang usia untuk bisa bertemu kembali sahabat saya, mungkin jika tiba saatnya merupakan reuni akbar karena saya pasti membawa serta anak istri tercinta.