Tuesday, May 27, 2014

Menjadi Juragan

Petani
Alloh SWT adalah sebaik-baiknya penolong. Alhamdulillah, itu kata syukur yang sering saya ucap. Ternyata apa yang pernah dijalani baik itu susah atau senang adalah pondasi pembentuk mental. Saya bersyukur sewaktu kecil pernah menjalani kehidupan bersama kakek/nenek di desa walau hanya sebentar. Secara tidak disadari, apa yang pernah dilihat dan dicoba waktu itu adalah bagian dari ilmu yang bisa dipakai sampai sekarang.
 
Kakek dan nenek dari ibu saya adalah petani, walau oleh masyarakat sekitar beliau dihormati juga sebagai mantri kesehatan. Kehidupan di desa cukup sederhana, cukup dengan memiliki sawah, kolam ikan dan kebun bisa untuk menghidupi keluarga beliau.
 
Bagi masyarakat perkotaan sekarang, sawah, kolam ikan dan kebun malah kebanyakan dimiliki oleh masyarakat lapisan atas. Karena sebagian besar masyarakat di kota adalah pegawai dan pendapatan bulanannya menurut perkiraan saya akan sangat cukup untuk kehidupan sehari-hari, sekolah anak dan sedikit tabungan, namun tidak akan cukup untuk bisa membeli kebun, kolam atau sawah. Bahkan hanya sebagian kecil dari pegawai yang mampu memiliki rumah dan kendaraan roda empat, itu pun pasti dengan upaya yang sangat keras dan dalam posisi jabatas di level atas.

 
Pendapatan terakhir bulanan di tempat saya bekerja berkisar 12 juta rupiah. Itu cukup untuk kebutuhan sandang dan pangan, namun saya tidak bisa memenuhi kebutuhan papan keluarga kecil saya. Bahkan yang membuat saya malu adalah saya tidak bisa menyisihkan sebagian pendapatan saya untuk keluarga ibu & bapak di kota kelahiran.
 
Rekan SejawatBulan Juli 2013 sampai Januari 2014 adalah masa terberat dalam kehidupan kerja saya selain tiga bulan pertama kerja awal tahun 2009 lalu. Awal bulan Juli 2013 adalah masa runtuhnya kepercayaan diri dimana saat itu rekan-rekan sejawat saya tergerus pemutusan kerja gelombang 1. Owner perusahaan saya bekerja sudah tidak mau lagi menerima project instalasi radio seluler. Salama 4 tahun saya bekerja, pertanyaan tentang masalah yang saya hadapi dalam pekerjaan bisa dihitung jari, toh saya menempuh kuliah dibidang yang sesuai, sinkronisasi terhadap masalah teknis tidak terlalu sulit. Saya jarang bertanya. Sesulit apapun itu, saya coba pecahkan sesuai keilmuan yang saya dapat. Namun saat pemutusan kerja gelombang 1 terjadi, lemas rasanya, sirna rasa kepercayaan diri. Seminggu pertama setelah gelombang 1 saya sering melamun. Baru saya sadari, yang membuat percaya diri dalam pekerjaan adalah adanya sahabat, bukan kemampuan teknikal. Saat sahabat menghilang, sehebat apapun kemampuan yang dimiliki tidak ada artinya.
 
Bulan Oktober 2013 terjadi pemutusan kerja gelombang 2. Saat itu arah kemana perusahaan saya melangkah sudah berubah total. Awal bulan itu saya diikutkan dalam training wirausaha budidaya lele oleh perusahaan. Saat itu pula tawaran pekerjaan telekomunikasi di tempat lain berdatangan dengan gaji yang fantastis, gaji pokok senilai pendapatan bulanan terdahulu. Saya bimbang, berkonsultasi dengan istri, saya kemudian diminta berkonsultasi dengan Alloh SWT melalui shalat istikharoh. Saya meminta kemantapan hati. Akhirnya dengan pertimbangan saya bisa tinggal di Semarang saya mengajukan untuk mencari lokasi budidaya lele di Semarang. Boss saya menyetujui. Ada 20 lokasi yang saya dapat dengan harga minim. Namun ternyata kesemua data lokasi yang saya serahkan tidak ada yang diminati oleh boss.
Tukang Cat
Bulan Desember 2013 pekerjaan saya benar-benar berbalik arah 180°. Masih bekerja di perusahaan yang sama namun dengan jobdesc diluar teknik, saya dipaksa menjadi tukang. Kenapa saya bilang dipaksa? Saya masih ingat tahun 2010 saya mengikuti meeting review jobdesc setiap level. Setiap orang ditanya apa jobdescnya, yang bertanya adalah General Manager (GM) area timur. Saat pertanyaan diajukan terhadap engineer, beragam jawaban yang dilontarkan, semua jawabannya berhubungan dengan teknik telekomunikasi, dan semua jawaban tersebut diiyakan oleh GM saya. Sebenarnya saya sendiri sudah lupa jobdesc yang saya tandatangani di atas kertas kontrak. Namun jika ada pekerjaan diluar jobdesc pasti kena omel, PMnya bilang "Itu bukan pekerjaan Anda sebagai engineer, itu pekerjaan instalasi. Jangan ikut-ikutan mengerjakan pekerjaan instalasi!". Itu yang saya alami di bulan pertama bekerja. Tidak ada yang bertanya apa konpensasinya jika suatu saat nanti tiba-tiba seorang PM, Engineer, Instalasi, atau Admin diminta untuk mencangkul tanah, mengecat, atau membangun rumah yang semua itu tidak ada dalam wawancara dan kontrak kerja. Apakah saya harus mengomeli pimpinan saya juga?
 

Kolam Terpal
Bulan Januari 2014 adalah masa batas kesabaran saya, saya mengajukan dimasukkan dalam pemutusan kerja gelombang 3. Permintaan saya disetujui. Karyawan terakhir di kantor tersisa 2 orang, seorang admin dan driver. Sejak saat itu saya mulai membuat kolam di rumah. Ada 6 kolam terpal yang saya buat. Berdasar hasil training budidaya lele dikombinasikan ilmu bertanya sana-sini maka didapatlah ramuan yang menurut saya cocok untuk kolam terpal. Jatuh bangun dalam perjalanannya, terkadang putus asa, namun alhamdulillah Alloh SWT memberikan akal kepada manusia, itu yang mematahkan keputusasaan. Berbekal olah pikiran yang dibiasakan saat sekolah, pencapaian target yang dituntut saat masih bekerja, pengalaman kemadirian saat masih di lingkungan kakek. Itu semua saya pegang erat.
 
Setelah tiga bulan diajari "si kumis", akhirnya saya memperoleh pengetahuan tentang rekayasa pakan, rekayasa lingkungan, dan rekayasa air agar si kumis betah dan sehat di kolam saya. Namun cobaan tidak tiba-tiba menghilang begitu saja. Muncul gosip-gosip kurang menyenangkan di lingkungan rumah. Air kolam saya mencemari comberan, menimbulkan bau. Ketua RT menyarankan agar pemeliharaannya lebih memperhatikan kebersihan lingkungan. Apa daya, memang air kolam saya bau dan sudah saatnya panen. Saya cari info kemana nanti si kumis akan berpindah tangan. Maka bertemulah dengan pak Nur. Saya ditanya apakah setelah dipanen mau memasukkan bibit baru? Saya jawab lingkungan rumah saya tidak memungkinkan. Mungkin nanti kolam terpal saya dijadikan tempat tumbuh tanaman air hias atau sayuran hidroponik. Pak Nur kemudian meninjau kolam ikan saya, beliau terkesan dan memberikan solusi. Jika saya masih ingin mendalami budidaya lele, maka boleh bergabung bersama dia. Akan diajarkan cara budidaya lele dari penetasan sampai pembesaran dikolam yang sebenarnya.

Serasa mendapat durian runtuh, saya langsung mengiyakan. Kemudian saya diajak meninjau beberapa kolam peliharaan beliau dan kolam yang dimiliki murid-murid beliau terdahulu. Seperti bensin tersambar api, semangat saya menggebu-gebu. Saya diajarkan mendangarkan nasihat murid-muridnya siapa tahu ada metode baru dalam pemeliharaan lele.


Pelajaran pertama saya adalah panen lele di kolam besar. Dengan ukuran lele 3x ukuran lele peliharaan saya saya diajarkan panen menggunakan metode sisir. Metodenya cukup efektif walaupun menurut saya masih konvensional.

Pelajaran kedua adalam mempersiapkan kolam penetasan telur dari indukan. Saya diajarkan tentang kebersihan kolam dan kualitas air. Saya dipersilahkan memakai ijuk milik beliau untuk dijadikan kakaban. Saya buat 5 kakaban paranet dan 3 kakaban ijuk, pembuatan kakaban itu saya lakukan dari pagi hingga subuh. Setelah selesai senang rasanya, usai shalat Subuh langsung tidur pulas.
 
Siangnya saya memperbaiki kolam terpal saya antisipasi dari panas berlebih dan air hujan. Keesokan harinya saya kembali menemui pak Nur. Beliau meminta saya untuk mempelajari pemeliharaan cacing sutra. Itu akan membantu saat stok cacing sutra dari pedangan sedang kosong.

Pak Nur sempat mengutarakan kekhawatiran beliau tentang keamanan kolam pembesaran, karena beliau sempat kehilangan genset dan ikan peliharaan. Saya cek kembali lokasi kolam tersebut, saya telusuri sisi mana yang menjadi celah. Kemudian saya menyarankan menggunakan sensor dan diadakan penjagaan bergilir. Beliau antusias dengan ide saya. Saya kemudian merakit sensor cahaya menggunakan media laser, saya coba diterapkan di rumah, berhasil.

Akhirnya masa-masa menuju pembenihan mulai dekat, insya Alloh esok hari Semoga apa yang telah dipelajari, apa yang terlihat, terdengar dan terpikir bisa menjadi manfaat. Berikut kolam-kolam yang menjadi referensi saya.
 
Kolam Balai Benih Siwarak
Kolam Balai Benih Siwarak
Kolam Balai Benih Siwarak
Kolam Balai Benih Siwarak
Kolam Balai Benih Siwarak
Kolam Balai Benih Siwarak
Kolam pak Nanang
Kolam Tembok Pak Nanang
Kolam Dempel Lor
Kolam Rawa Dempel Lor
 

No comments:

Post a Comment